Kamis, 13 Juni 2013

NDP

Rixza LM Blog
NILAI DASAR PERJUANGAN

Dasar-Dasar Kepercayaan

Manusia membutuhkan suatu bentuk kepercayaan, sebab kepercayaan itu akan memebentuk dan melahirkan nilai guna menopang hidup berbudaya. Jadi sikap tanpa kepercayaan adalah ragu yang sempurna dan tidak mungkin dapat terjadi. Selain kepercayan itu merupakan kebutuhan dalam waktu yang sama juga merupakan suatu kebenaran. Dalam kenyataan dimasyarakat dapat kita temui beraneka ragam kepercayaan. Karena bentuk-bentuk kepercayaan berbeda anatara satu dengan yang lain, sudah tentu ada dua kemungkinan; Kesemuanya salah atau salah satu saja yang benar. Diasamping itu masing-masing bentuk kepercayaan mengandung unsur-unsur kebenaran dan kepalsuan yang bercampur baur. Karena kepercayaan adalah asasi manusia maka kepercayaan itu ada sejak manusia dilahirkan dan begitu seterusnya secara turun temurun, yang pada Perkembanganya kepercayaan diartikan sebagai agama.

Kenapa manusia perlu dan butuh kepercayaan?

Untuk menjawab pertanyaan tersebut maka terlebih dahul kita harus mengenal Esensi manusia itu sendiri. Komponen manusia itu adalah jasad dan ruh, sedangkan asasi manusia itu butuh rasa aman dan perlindungan. Kita mulai dari jasad: seorang bayi yang digigit semut / nyamuk, dll dia akan menangis karena rasa amannya terganggu sehingga dia butuh perlindungan kepada ibunya, bapaknya atau siapa saja yang bisa melindunginya. Usaha ini disebut "Struggle for Life" perjuangan hidup "Struggle for Existence" perjuangan mempertahankan eksistensi. Makhluk yang dapat menyesuaikan diri itulah yang dapat mempertahankan hidup, itulah yang disebut dengan naluri kesenangan dan keamanan (SS). Kenapa manusia membutukan rumah? Karena rumah bisa melindungi diri dari sengatan matahari, hujan, pencuri, binatang buas, untuk istirahat dan lain yang intinya untuk mencukupi kesenangan dan keselamatan, begitu manusia butuh uang, kerja, pangkat, jabatan, pasangan hidup dan lain - lain. Itulah kebutuhan jasad yang bersifat material maka kebutuhanya bersifat materi. Bagaimana dengan Ruh merupakan komponen manusia yang bersifat Gaib maka kebutuhanya akan keselamatan dan kesenangan juga bersifat Gaib itulah awal mula manusia butuh kepercayaan.

Perkembangan kepercayaan

Perkembangan peradaban manusia dengan pola hidup dan pola pikir yang masih sangat sederhana, maka dalam mengambil keputusan pun masih sangat sederhana pula. Pertama manusia mengamati gejal-gejala yang timbul disekitarnya, gejala alam misalnya banjir melanda manusia, dengan membawa bencana dan korban, maka dengan pola pikir dan perdaban yang masih sangat sederhana, dia menganggap alam marah kepada kita sehingga banjir membawa malapetaka, maka dia mengadakan sesaji sebagai rasa pengabdianya kepada kekuatan alam ini, biar diberi poerlindungan keselamatannya. Orang yang sakit habis lewat dibatu / kayu yang besar misalnya; wah ini kekuatan yang ada di batu / kayu yang besar itu marah, sebagai kompensasinya dia mengadakan sesaji agar kekuatan yang berada di batu atau kayu tidak marah. Itulah perkembangan peradaban manusia melalui kepercayaan, dengan harapan keamanan dan kesenangannya tidak tertanggu.
Dalam masyarakat modern kita hadapi suasana yang lain sama sekali. Dalam kehidupan modernlah timbul pertanyaan: perlukah manusia beragama? barangkali jawabanya beraneka ragam. Bagi masyarakat modern, barangkali tidak perlu, apa yang diharapkan dari agama selama ini, dalam dunia modern sudah dapat dipenuhi oleh ilmu dan teknoogi, Untuk apa lagi agama?

Dulu kalau ingin kaya orang bermohon kepada Tuhan. Sekarang orang bermohon dengan ilmu ekonomi, maka melalui perdagangan pertanian dan peridustrian permohonan itu akan terpenuhi. dulu kalau orang sakit bermohon kepada Tuhan. Sekarang orang bermohon kepada dokter. Bermohon kepada Tuhan, hanya memberi orang kesabaran menyongsong maut. Kalau hujan turun terus menerus orang dulu memohon kepada Tuhan, agar banjir besar tidak melanda mereka, namun banjir tetap datang dengan menghancurkan rumah dan harta benda mereka. Tapi dengan adanya ilmu dan teknologi, maka semua itu dapat diatasinya. Itulah yang menimbulkan orang modern menjadi ragu terhadap agama. Apabila kalau diperhatikan perbedaan yang mencolok antara orang-orang yang tidak beragama di kota besar. Ada orang yang taat beragama tetapi kehidupanya susah, miskin. Tetapi orang yang mengabaikan agama tapi khidupanya makmur, dia masih terpandang dan masih banyak lagi keunggulan-keunggulan lainya.

Ada orang yang seseorang yang taat beragama tetapi dia sakit asma tapi taatnya walaupun hujan gerimis ditengah malam dia tetap mengambil air wudlu, untuk sholat malam, dengan penuh pengabdian dilakukanya, apa yang terjadi sembahyang malam belum selesai dia sudah meninggal atau mati, karena serangan asma yang sangat dasyat, dimana nilai pengabdianya itu? Dan masih banyak contoh-contoh yang sesuai dengan itu yang tidak akan diungkap disini. Mari kita ikuti pernyataan seorang Novelis Inggris "AN WILSON" dalam bukunya yang berjudul "Againt Religion" (melawan Agama) sbb:

Dalam Al-Kitab (Bibel) dikatakan bahwa cinta adalah kejahatan. Mungkin lebih benar lagi dikatakan bahwa uha akar segala kejahatan, agama adalah tragedi umat manusia. Ia mengajak kepada yang paling luhur, paling murni, paling tinggi dalam jiwa manusianamun hampir tidak ada sebuah agama yang tidak ikut pada berbagai peperangan tirani dan penindasan kebenaran. Mark menggambarkan agama sebagai candu masyarakat atau rakyat. Tetapi agama lebih bahaya dari pada opium. Agama tidak membuat orang tertidur. Agama mendorong orang menganiaya sesamanya, untuk mengagungkan perasaan dan pendapatnya sendiri atas perasaan dan pendapat orang lain.

Tampaknya penyataan Wilson itu benar. Mari kita buktikan kenyataan di masyarakat: Di Inggris dicabik-cabik oleh agama ia tidak setuju dengan keputusan Ayatullah Khumaini (almarkhum) menghukum mati Salman rusdie. Sepontan observatore Romano termasuk salah satu jurnal yang menyatakan solidaritas kepada Khumaini. Padahal Paus sendiri mengajarkan toleransi, termuat pesanya pada hari perdamaian dunia, pada tanggal 3 februari 1991, pada waktu itu paus mengatakan: adalah esensial bahwa menyatakan kenyakinan keagamaan masing-masing didepan umum dan dalam semua bidang kehidupan kewargaan tetap terpelihara, kalau umat manusia memang harus hidup dalam kedamaian. Selanjutnya mengatakan; ancaman gawat dari perdamaian itu adalah datang dari sikap tidak toleran yang menyatakan diri dalam menolak kebebasan nurani kepada orang lain. Tetapi kenyataanya Paus menghalangi orang yang tidak bersalah dan banyak dicintai masyarakat menjadi Uskup agung Cologne, hanya karena uskup itu berani mengatakan bahwa persoalan moral yang menyangkut pembatasan kelahiran (KB)

Dibanyak Univeritas Katolik di Eropa, banyak guru besar terkemuka seperti Hans Kung. Tidak diberi hak mengajar karena dia berani mempertanyakan hal Paus yang tak bisa salah (infalible) atau karena mereka menyuarakan pendekatan ilmiah dan terbuka terhadap penelitian-penelitian Bibel. Seluruh Jerman, Belanda, spanyol, Inggris, Prancis dan Amerika, orang-orang Katolik harus membaca seruan bapak suci kepada toleransi agama, tetapi dia (paus) tidak menerapkan toleransi pada dirinya sendiri dan dimana keadilan seorang penganjur agama?

Bagi Wilson pernyataan Paus pada hari perdamaian dunia menggambarkan dilema seorang agamawan yang baik hati, apakah dia itu Katolik, Kristen, Hindu, Muslim, Protestan, Budis atau yang lainya. Wilson pernah mendengar Uskup ortodoks Yunani dalam salah satu khutbahnya bahwa agamawan yang baik adalah orang yang punya cukup iman untuk dapat menganiaya orang lain karena kekeliruan keagamaan. Jadi seseorang agamawan yang baik acap kali mencela sikap sempit pikiran dan tidak pernah toleran kepada orang lain yang ingin menganiayanya, namun mereka sendiri mempertahankan hak untuk memaksa dan meyerang kepada orang yang dianggap menyimpang. Bahkan adakalanya mereka menganggap membunuh orang yang menyimpang itu sebagai kewajiban. Lebih lanjut Wilson mengatakan dalam lingkungan penganut agama-agama, selalu ada potensi negatif dan perusakan yang amat berbahaya. Sinyalemen itu biasa dianggap oleh para penganut agama, sambil mengatakan keonaran senantiasa muncul dalam penganut agama, namun agama tidak bisa disalahkan. Yang salah para penganutnya, karena tidak memahami sama sekaligus memperaktekan agama secara benar. (Peserta diajak dialog). Bagi orang yang kritis akan membalik argumen itu dengan mengatakan: kalau agama itu memang benar, namun tidak mempu mempengaruhi para pemeluknya, lalu bagaimana membuktikan kebenarn agam itu?

Dan apa gunanya agama yang benar namun tidak dapat mempengaruhi karakter pemeluknya? .... Maka benarlah kata Wilson bahwa: agama mengajak kepada kebaikan dan semakin orang yakin kepada agamanya adalah semakin baik. Tapi justru orang semakin baik itu semakin kuat memebnarkan dirinya untuk tidak toleran kepada orang lain, bahkan merasa berhak mengejar - mengejar orang yang tidak sepahamnya denganya. Jadi bisa disimpulkan bahwa agama merupakan salah satu sumber kebenaran.

Mari kita teliti timbulnya gejolak, di seantero dunia: yang selalu timbul konflik-konflik dan peperangan, dengan warna keagmaan meskipun agama bukan satu-satunya faktor, namun jelas sekali bahwa pertimbangan keagamaan dalam konflik-konflik itu dan dalam eskalasinya sangat banyak memainkan peran. Kita mulai dari Irlandia, pertentangan yang tidak berkesudahan antar kaum Kaltolaik dan protestan. Di Bosnia Herjegovina, anatara Islam, Kristen dan Komunis. Di Palestina dan Israel, terjadi perang yang tidak berkesudahan antara Islam dan Yahudi. Iran dan Irak, antara Islam yang Syi'ah dan Islam yang Sunni. Di India terjadi saling Bunuh antara Islam yang minorotas dan Hindu yang mayoritas, saking fanatiknya sampai Masjid diruntuhkan. Di Sudan ada konflik anatara Islam yang Arab dengan Kristen yang Negro. Belum lagi konflik-konflik karena rasialisme dan faham aparthied yang mengundang berbagai tokoh keagamaan (Keisten). Negara Timur tengah yang lain juga diramaikan dengan konflik dengan warna-warna keagamaan. di Sri Langka konflik keagamaan antara Islam dan Budha dan begitu juga di Burma atau Thailand, di Philipina perang yang berkepanjangan antara Islam yang mioritas dengan Katolik yang mayoritas, dan masih banyak lagi darah yang tertumpah sis-sia diberbagai belahan bumi ini. Banyak yatim piatu dan janda karena ditinggal mati berperang membela agama? atau membela harga diri? konflik macam itu akan terus berlanjut karena masing-masing akan mengaku yang paling benar, paling murni, paling berhak hidup dan paling segala-galanya. Si Budha mengaku dia yang akan masuk surga, sedangkan agama lain akan masuk neraka. Kalau begini caranya berlarut-larut dan berkepanjangan, lalu siapa yang paling benar?

Mencari Agama Yang Benar

Agama di dunia ini bukan hanya satu. Yang satu berbeda dari pada yang lain, masing-masing agama mendakwahkan dirinya saja yang paling benar sedangkan agama yang lain tidak benar. Sikap begini adalah logis. Apabila yang sangsi terhadap agamanya, hal itu ia sedang bergerak meninggalkanya. Selama ia percaya akan agama yang dianutnya, selama itu pula ia percaya, bahwa agama-agama lain itu tidak benar. Sebab kebenaran itu adalah satu. Ketika ada putusan yang berlawanan tentang hal yang sama, kaidah penuturan (logika) menuturkan bahwa hanya salah satu dari kedua itu yang benar. Ada agama yang nenpercayai Tuhan itu Esa, adapula percaya lebih dari yang Esa. Tidak mungkin kedua agam ini benar semua. Hanya satu saja yang benar.

Untuk memahami hukum pertentangan yang diajarkan oleh logika itu, kita ambil misal yang sederhana. Ada dua pemberitaan tentang diri tuan. Yang pertama mengatakan tuan ada di kantor, yang kedua mengatakan tuan berada di pasar pada waktu dan jam yang sama. Mungkin dua putusan yang berlawanan tentang hal yang sama itu benar? Tidak mungkin bukan? Kalau tuan pada jam dan waktu yang sama, tidak mungkin tuan berada di pasar dan Sebalikya.

Diantara puluhan, bahkan ratusan agama yang bertebaran di permukaan bumi ini, yang satu berbeda dengan yang lain, yang satu berlawanan dengan kepercayaanya, hubungan dengan yang kudus, doktrin dan sikap hidup, dengan yang lain, norma logika menentukan hanya satu dari jumlah itu yang benar .

Tiap agama mengandung doktrin suruhan dan larangan. Menyuruh penganutnya untuk berbuat baik dan melarangnya untuk berbuat jelek, namun apa yang baik dan yang buruk itu berbeda antara satu agama dengan agama yang lain. Sedangkan nilai itu bukan fakta, yang melakukan penilaian adalah kalbu. Karena penghayatan manusia berbeda-beda akan dipakai untuk menimbang baik dan buruk tu tidak sama, suah barang tentu terjadi perbedaan nilai tentang hal yang sama. Apa yang baik perasan seeorang, mungkin buruk bagi orang lain dan sebaliknya. Apa yang baik bagi kalbu yang berkepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, mungkin saja buruk bagi yang berkeyakinan Ketuhanan yang maha tiga. Kesimpulanya memang setiap agama menyuruh kepada kebaikan, melarang dari pada yang buruk, tetapi tiap agama berbeda dalam penilaianya tentang yang baik dan yang buruk.

Dalam pembahasan diatas dapat kita membetulkan ungkapan yang sering kita dengar tentang agama, bahwa setiap agama itu sama benar. Yang benar adalah setiap agama sama-sama baik, tetapi tidak sama-sama benar. Hanya satu agama yang benar. Lalu yang mana yang benar? tentu pertanyaan itu tidak mungkn diajukan pada agama itu sendiri. Karena yang beragama adalah manusia, dan perbedaan manusia dengan makhluk lain adalah akalnya, seharusnya petanyaan itu diajukan pada akal manusia. Jawaban akal terhadap hal-hal yang sebenarnya dituntut oleh norma-norma logika. Maka dalam menjawab, yang mana agama yang benar? kita pakai logika sebagai pendasaran jawaban.

Ciri ketiga, agama adalah doktrin yang mengajarkan tentang siapa, bagaimana, dan bberapa jumlah yang kudus itu, tata hubungan dengan Dia dan sikap hidup. Doktrin yang benar adalah doktrin yang diturunkan sendiri oleh yang kudus itu. Doktrin yang dibentuk oleh akal (pmikiran, penghayatan, pengamalan dan cita-cita) adalah brsifat filsafat. Sedangkan filsafat itu adalah nisbi yang hanya memberikan tafsiran-tafsiran, tetap tidak memberikan kebenarn-kebenaran yang pasti. Doktrin agama mengajarkan tentang hal-hal yang gaib, terutama yang hakiki. Filsafat tidk mampu memberikan pengetahuan yang pasti tentang hal yang gaib itu. Dengan demikian dapat disimpulkan doktrin yang benar adalah doktrin yang diturunkan oleh yang kudus itu sendiri.

Kelompok doktrin agama itu disebut kitab suci. Semua agama selain agama yang bersahaja memiliki kitab suci. Bagaimana memastikan apakah kitab suci merupakan himpunan wahyu ataukah hasil dari filsafat? Wahyu yang berasal dari yang kudus bersifat mutlak, tentu pula mutlak ajaran-ajaranya mengandung kebenaran mutlak, mengatasi ruang dab waktu, dia benar dahulu, benar sekarang dan akan datang. Ini benar untuk semua tempat.

Agama itu adalah untuk manusia, karena itu kebenaran ajarannya dapat diajukan oleh akal manusia, dan ajaran itu sesuai dengan kemanusiaan. Ajaran langit ditujukan bukan kepada manusia sebagai generasi yang berubah dan berbeda-beda, tetapi kepada manusia sebgai umat yang mengandung sifat-sifat asli kemanusiaan.

Kebenaran itu nisbi dari waktu ke waktu, dari ruang ke ruang. Apa yan benar bagi suatu tempat mungkin tidak benar bagi tempat yang lain. Apa yang dahulu dianggap benar sekarang dapat dinafi'kan. Konsep utama, yang diajarkan oleh kitab suci ialah tentang yang kudus, siapa dia, berapa jumlahnya, bagaiamana atribut-atribut atau sifat-sifatny. Bila kita kaji sejarah agama dalam perjalanan sejarahj umat manusia, ternyata konsep itu tumbuh dan berkembang, perubahan dari tingkat ke tingkat berikutnya, menuju ke kesempurnan.

Pertama yang terpercaya yang kudus adalah tenaga sakti (super natural power) , yang diistilahkan dengan antropologi dengan "mana" , mana itu di hasrati, karena ia dapat membantu manusia. Tetapi juga ditakuti, karena ia dapat juga memberikan mudarat. Perkembangan lebih lanjut sampai pada politheisme, dilanjutkan dengan proses pemilihan satu dewa dari jumlah dewa yang banyak, inilah yang disebut dengan serba dewa atau "henoteisme" .
  
Dalam serba banyak dewa terjadi proses pilihan, sehingga yang dipja itu satu atau sebagaian kecil dewa saja. Dalam politeisme Hindu, Mesir dan Arab Jahiliyah, plihan itu jatuh pada tiga dewa. Hindu: Brahmana (pencipta), Wisnu (pemelihara), Siwa (perusak). Mesir Kuno: Isiris, Isis, Horus. Arab Jahiliyah: Al-Lata, Al-Uzza, Al-Manata Dalam penghayatan selanjutnya agama Hindu, ketiga itu dipandang sebagai yang satu, tiga muka dari yang satu atau tiga yang satu "Trimurti" , dan trinitas dalam agama Nasrani. Dari proses itu selanjutnya proses kepercayaan yang satu atau yang tunggal (monoteisme):

1.   Monoteisme praktis: tidak mengingkari dewa-dewa lain, tetapi hanya satu saja yang diperintahkan atau yang disembah.
2.  Monoteisme Spekulatif: bermacam-macam dewa lebur menjadi satu gambaran dewa, yang ahkirnya dianggap sebagai satu-satunya dewa. Karakter pribadinya kurang jelas, karena perbedaan kurang tajam.
3.    Monoteisme Teoritis: dalam teori Tuhan itu Esa, tapi praktek yang terpercaya lebih dari satu.
Monoteisme murni atau yang mutlak sebagai yang paling abstrak (karena tidak mungkin diarcakan), adalah konsep yang sempurna atau yang tak mungkin di hasilkan oleh akal. Konsep itu hanya di ajarkan oleh wahyu, dan diturunkan oleh Tuhan yang maha Esa itu sendiri, konsep inilah yang menjadi konsep agama langit.

Bagaimana sifat Tuhan yang maha Esa itu?
Kalau sifat-sifat tuhan yang dalam politeisme terpercaya sebagai sifat manusia juga, tapi ditambahi oleh keistimewaan atau kelebihan-kelebihan atau keluarbiasaanya, dia beristri, beranak, mencintai, dendam, makan, minum, bertempat dan berpergian.Tapi sifat Tuhan agama langit itu tidak senisbi itu, sifat Tuhan itu mutlak, demikian mutlaknyasehingga tidak bisa diperbandingkan dengan sifat manusia. Sifat Tuhan hanya pada Tuhan itu sendiri. Unik, tidak ada duanya, itulah yang disebut dengan yang Esa. Esa dalam jumlah, Esa dalam sifat dan Esa dalam perbuatan.

Telah kita ketahui konsep agama langit berasal dari wahyu, sedangkan kelompoknya disebut kitab suci, maka berikut akan kami cuplikan beberapa penelitian kitab suci:

Kitab suci agama Yahudi adalah Tauraut, Kitab suci agam Nasrani adalah Injil, yang kedua adalah Bibel. Telah dibuktikan oleh ilmu sejarah bahwa kedua kitab suci terebut telah menglami perubahan. Penemuan arkeologi, yakni berupa lembaran-lembaran suci di lembah Qumra yang terkenal dengan sebutan "The Dead Sea scrol" menambah bukti penemuan itu. Tata berpikir dan merasa orang Yahudi hanya teruntuk bangsa Yahudi tidak bagi umat manusia. Demikian pula tata nilai yahudi tidak berlaku bagi yang bukan Yhudi. Konsep agama Nasrani bukan monoteisme murni, elainkan monoteisme nisbi. Tuhan itu memang satu tetapi trdiri ari tiga oknum, yaitu Tuhan Bapak, Tuhan Anak, dan Roh Kudus. Manusia yang sempurna yang dituju oleh kedua agama itu bersifat nisbi, kedua agama itu banyak tidak rasionalnya dari pada rasionalnya. Ajaran kedua agama berlawanan dengan ilmu, karena itu bersifat rasional. Putusan Konseli (konferensi agama) dalam pandangan Nasrani dipandang sama dengan kitab suci. Dalam hal ini berarti keputusan akal setingkat dengan wahyu. Pimpinan agama dalam Katolik, yang tentu harus dipandang sebagai teladan manusia sempurna, tidak menyatkan manusia sepenuhnya, karena itu ia tidak kawin. Hal yang gaib yang diajarkan oleh Nasrani tidak memuaskan pikran sehat. Adapun dalam agam Hindu, Budha sudah runtuh pada pernyataan proses evolusi berpikir sampai monoteisme jadi tidak perlu dibahas lagi.

Bagaimana dengan agama Islam?

Jelas Islam kelahirannya dipastikan, karena Islam diturunkan 17 Ramadlan tahun kesepuluh dari tahun gajah bertepatan dengan 6 agustus 610 M, selesai diturunkan 23 tahun sesudah itu. Agam, Islam dtunkan lewat utusan Nabi Muhammad SAW. Agama Islam memiliki kitab suci yatu AL-Qur'an, bahasa kitab ini bertahan sampai sekarang, tetap dalam bahsa Asli, bahasa yang dipakai untuk menurunkan wahyu-wahyu Tuhan. Jumlah kata dalam Alqur'an semenjak di permaklumkan oleh Rasulullah sampai sekarang bertahan tetap, yakni 74.439 kata. Sistem yang ketat dalam penyalinan diatur seketat mungkin, untuk menghindati kepalsuan. Jadi kalau ada tambahan satu kata akan ketahuan karena banyak yang hafal ayat Alqur'an dan tambahan atau pengurangan dihukumi palsu, dan harus dimusnahkan. Alquran telah diuji kebenarannya oleh ilmu sejarah. Wallahu 'alam bi al-shawab

Badan Koordinasi Himpunan Mahasiswa Islam (Badko HMI) Jawa Tengah-DIY
2004-2006

Tidak ada komentar:

Posting Komentar