NILAI DASAR PERJUANGAN
Dasar-Dasar Kepercayaan
Manusia membutuhkan suatu bentuk
kepercayaan, sebab kepercayaan itu akan memebentuk dan melahirkan nilai guna
menopang hidup berbudaya. Jadi sikap tanpa kepercayaan adalah ragu yang
sempurna dan tidak mungkin dapat terjadi. Selain kepercayan itu merupakan
kebutuhan dalam waktu yang sama juga merupakan suatu kebenaran. Dalam kenyataan
dimasyarakat dapat kita temui beraneka ragam kepercayaan. Karena bentuk-bentuk
kepercayaan berbeda anatara satu dengan yang lain, sudah tentu ada dua
kemungkinan; Kesemuanya salah atau salah satu saja yang benar. Diasamping itu
masing-masing bentuk kepercayaan mengandung unsur-unsur kebenaran dan kepalsuan
yang bercampur baur. Karena kepercayaan adalah asasi manusia maka kepercayaan
itu ada sejak manusia dilahirkan dan begitu seterusnya secara turun temurun,
yang pada Perkembanganya kepercayaan diartikan sebagai agama.
Kenapa manusia perlu dan butuh
kepercayaan?
Untuk menjawab pertanyaan
tersebut maka terlebih dahul kita harus mengenal Esensi manusia itu sendiri.
Komponen manusia itu adalah jasad dan ruh, sedangkan asasi manusia itu butuh
rasa aman dan perlindungan. Kita mulai dari jasad: seorang bayi yang digigit
semut / nyamuk, dll dia akan menangis karena rasa amannya terganggu sehingga
dia butuh perlindungan kepada ibunya, bapaknya atau siapa saja yang bisa
melindunginya. Usaha ini disebut "Struggle for Life" perjuangan hidup
"Struggle for Existence" perjuangan mempertahankan eksistensi.
Makhluk yang dapat menyesuaikan diri itulah yang dapat mempertahankan hidup,
itulah yang disebut dengan naluri kesenangan dan keamanan (SS). Kenapa manusia
membutukan rumah? Karena rumah bisa melindungi diri dari sengatan
matahari, hujan, pencuri, binatang buas, untuk istirahat dan lain yang intinya
untuk mencukupi kesenangan dan keselamatan, begitu manusia butuh uang, kerja,
pangkat, jabatan, pasangan hidup dan lain - lain. Itulah kebutuhan jasad yang
bersifat material maka kebutuhanya bersifat materi. Bagaimana dengan Ruh merupakan
komponen manusia yang bersifat Gaib maka kebutuhanya akan keselamatan dan
kesenangan juga bersifat Gaib itulah awal mula manusia butuh kepercayaan.
Perkembangan kepercayaan
Perkembangan peradaban manusia
dengan pola hidup dan pola pikir yang masih sangat sederhana, maka dalam
mengambil keputusan pun masih sangat sederhana pula. Pertama manusia mengamati
gejal-gejala yang timbul disekitarnya, gejala alam misalnya banjir melanda
manusia, dengan membawa bencana dan korban, maka dengan pola pikir dan perdaban
yang masih sangat sederhana, dia menganggap alam marah kepada kita sehingga
banjir membawa malapetaka, maka dia mengadakan sesaji sebagai rasa pengabdianya
kepada kekuatan alam ini, biar diberi poerlindungan keselamatannya. Orang yang
sakit habis lewat dibatu / kayu yang besar misalnya; wah ini kekuatan yang ada
di batu / kayu yang besar itu marah, sebagai kompensasinya dia mengadakan
sesaji agar kekuatan yang berada di batu atau kayu tidak marah. Itulah
perkembangan peradaban manusia melalui kepercayaan, dengan harapan keamanan dan
kesenangannya tidak tertanggu.
Dalam masyarakat modern kita
hadapi suasana yang lain sama sekali. Dalam kehidupan modernlah timbul
pertanyaan: perlukah manusia beragama? barangkali jawabanya beraneka ragam.
Bagi masyarakat modern, barangkali tidak perlu, apa yang diharapkan dari agama
selama ini, dalam dunia modern sudah dapat dipenuhi oleh ilmu dan teknoogi,
Untuk apa lagi agama?
Dulu kalau ingin kaya orang
bermohon kepada Tuhan. Sekarang orang bermohon dengan ilmu ekonomi, maka
melalui perdagangan pertanian dan peridustrian permohonan itu akan terpenuhi.
dulu kalau orang sakit bermohon kepada Tuhan. Sekarang orang bermohon kepada
dokter. Bermohon kepada Tuhan, hanya memberi orang kesabaran menyongsong maut.
Kalau hujan turun terus menerus orang dulu memohon kepada Tuhan, agar banjir
besar tidak melanda mereka, namun banjir tetap datang dengan menghancurkan
rumah dan harta benda mereka. Tapi dengan adanya ilmu dan teknologi, maka semua
itu dapat diatasinya. Itulah yang menimbulkan orang modern menjadi ragu
terhadap agama. Apabila kalau diperhatikan perbedaan yang mencolok antara
orang-orang yang tidak beragama di kota besar. Ada orang yang taat beragama
tetapi kehidupanya susah, miskin. Tetapi orang yang mengabaikan agama tapi khidupanya
makmur, dia masih terpandang dan masih banyak lagi keunggulan-keunggulan
lainya.
Ada orang yang seseorang yang
taat beragama tetapi dia sakit asma tapi taatnya walaupun hujan gerimis
ditengah malam dia tetap mengambil air wudlu, untuk sholat malam, dengan penuh
pengabdian dilakukanya, apa yang terjadi sembahyang malam belum selesai dia
sudah meninggal atau mati, karena serangan asma yang sangat dasyat, dimana
nilai pengabdianya itu? Dan masih banyak contoh-contoh yang sesuai dengan itu
yang tidak akan diungkap disini. Mari kita ikuti pernyataan seorang Novelis
Inggris "AN WILSON" dalam bukunya yang berjudul "Againt
Religion" (melawan Agama) sbb:
Dalam Al-Kitab (Bibel) dikatakan
bahwa cinta adalah kejahatan. Mungkin lebih benar lagi dikatakan bahwa uha akar
segala kejahatan, agama adalah tragedi umat manusia. Ia mengajak kepada yang
paling luhur, paling murni, paling tinggi dalam jiwa manusianamun hampir tidak
ada sebuah agama yang tidak ikut pada berbagai peperangan tirani dan penindasan
kebenaran. Mark menggambarkan agama sebagai candu masyarakat atau rakyat.
Tetapi agama lebih bahaya dari pada opium. Agama tidak membuat orang tertidur.
Agama mendorong orang menganiaya sesamanya, untuk mengagungkan perasaan dan
pendapatnya sendiri atas perasaan dan pendapat orang lain.
Tampaknya penyataan Wilson itu
benar. Mari kita buktikan kenyataan di masyarakat: Di Inggris dicabik-cabik
oleh agama ia tidak setuju dengan keputusan Ayatullah Khumaini (almarkhum)
menghukum mati Salman rusdie. Sepontan observatore Romano termasuk salah satu
jurnal yang menyatakan solidaritas kepada Khumaini. Padahal Paus sendiri
mengajarkan toleransi, termuat pesanya pada hari perdamaian dunia, pada tanggal
3 februari 1991, pada waktu itu paus mengatakan: adalah esensial bahwa menyatakan
kenyakinan keagamaan masing-masing didepan umum dan dalam semua bidang
kehidupan kewargaan tetap terpelihara, kalau umat manusia memang harus hidup
dalam kedamaian. Selanjutnya mengatakan; ancaman gawat dari perdamaian itu
adalah datang dari sikap tidak toleran yang menyatakan diri dalam menolak
kebebasan nurani kepada orang lain. Tetapi kenyataanya Paus menghalangi orang
yang tidak bersalah dan banyak dicintai masyarakat menjadi Uskup agung Cologne,
hanya karena uskup itu berani mengatakan bahwa persoalan moral yang menyangkut
pembatasan kelahiran (KB)
Dibanyak Univeritas Katolik di
Eropa, banyak guru besar terkemuka seperti Hans Kung. Tidak diberi hak mengajar
karena dia berani mempertanyakan hal Paus yang tak bisa salah (infalible) atau
karena mereka menyuarakan pendekatan ilmiah dan terbuka terhadap
penelitian-penelitian Bibel. Seluruh Jerman, Belanda, spanyol, Inggris, Prancis
dan Amerika, orang-orang Katolik harus membaca seruan bapak suci kepada
toleransi agama, tetapi dia (paus) tidak menerapkan toleransi pada dirinya
sendiri dan dimana keadilan seorang penganjur agama?
Bagi Wilson pernyataan Paus pada
hari perdamaian dunia menggambarkan dilema seorang agamawan yang baik hati,
apakah dia itu Katolik, Kristen, Hindu, Muslim, Protestan, Budis atau yang
lainya. Wilson pernah mendengar Uskup ortodoks Yunani dalam salah satu
khutbahnya bahwa agamawan yang baik adalah orang yang punya cukup iman untuk
dapat menganiaya orang lain karena kekeliruan keagamaan. Jadi seseorang
agamawan yang baik acap kali mencela sikap sempit pikiran dan tidak pernah
toleran kepada orang lain yang ingin menganiayanya, namun mereka sendiri
mempertahankan hak untuk memaksa dan meyerang kepada orang yang dianggap
menyimpang. Bahkan adakalanya mereka menganggap membunuh orang yang menyimpang
itu sebagai kewajiban. Lebih lanjut Wilson mengatakan dalam lingkungan penganut
agama-agama, selalu ada potensi negatif dan perusakan yang amat berbahaya.
Sinyalemen itu biasa dianggap oleh para penganut agama, sambil mengatakan
keonaran senantiasa muncul dalam penganut agama, namun agama tidak bisa
disalahkan. Yang salah para penganutnya, karena tidak memahami sama sekaligus
memperaktekan agama secara benar. (Peserta diajak dialog). Bagi orang yang
kritis akan membalik argumen itu dengan mengatakan: kalau agama itu memang
benar, namun tidak mempu mempengaruhi para pemeluknya, lalu bagaimana
membuktikan kebenarn agam itu?
Dan apa gunanya agama yang benar
namun tidak dapat mempengaruhi karakter pemeluknya? .... Maka benarlah kata
Wilson bahwa: agama mengajak kepada kebaikan dan semakin orang yakin kepada
agamanya adalah semakin baik. Tapi justru orang semakin baik itu semakin kuat
memebnarkan dirinya untuk tidak toleran kepada orang lain, bahkan merasa berhak
mengejar - mengejar orang yang tidak sepahamnya denganya. Jadi bisa disimpulkan
bahwa agama merupakan salah satu sumber kebenaran.
Mari kita teliti timbulnya
gejolak, di seantero dunia: yang selalu timbul konflik-konflik dan peperangan,
dengan warna keagmaan meskipun agama bukan satu-satunya faktor, namun jelas
sekali bahwa pertimbangan keagamaan dalam konflik-konflik itu dan dalam
eskalasinya sangat banyak memainkan peran. Kita mulai dari Irlandia,
pertentangan yang tidak berkesudahan antar kaum Kaltolaik dan protestan. Di
Bosnia Herjegovina, anatara Islam, Kristen dan Komunis. Di Palestina dan
Israel, terjadi perang yang tidak berkesudahan antara Islam dan Yahudi. Iran
dan Irak, antara Islam yang Syi'ah dan Islam yang Sunni. Di India terjadi
saling Bunuh antara Islam yang minorotas dan Hindu yang mayoritas, saking
fanatiknya sampai Masjid diruntuhkan. Di Sudan ada konflik anatara Islam yang
Arab dengan Kristen yang Negro. Belum lagi konflik-konflik karena rasialisme
dan faham aparthied yang mengundang berbagai tokoh keagamaan (Keisten). Negara
Timur tengah yang lain juga diramaikan dengan konflik dengan warna-warna
keagamaan. di Sri Langka konflik keagamaan antara Islam dan Budha dan begitu
juga di Burma atau Thailand, di Philipina perang yang berkepanjangan antara
Islam yang mioritas dengan Katolik yang mayoritas, dan masih banyak lagi darah
yang tertumpah sis-sia diberbagai belahan bumi ini. Banyak yatim piatu dan
janda karena ditinggal mati berperang membela agama? atau membela harga
diri? konflik macam itu akan terus berlanjut karena masing-masing akan mengaku
yang paling benar, paling murni, paling berhak hidup dan paling segala-galanya.
Si Budha mengaku dia yang akan masuk surga, sedangkan agama lain akan masuk
neraka. Kalau begini caranya berlarut-larut dan berkepanjangan, lalu siapa yang
paling benar?
Mencari Agama Yang Benar
Agama di dunia ini bukan hanya
satu. Yang satu berbeda dari pada yang lain, masing-masing agama mendakwahkan
dirinya saja yang paling benar sedangkan agama yang lain tidak benar. Sikap
begini adalah logis. Apabila yang sangsi terhadap agamanya, hal itu ia sedang
bergerak meninggalkanya. Selama ia percaya akan agama yang dianutnya, selama
itu pula ia percaya, bahwa agama-agama lain itu tidak benar. Sebab kebenaran
itu adalah satu. Ketika ada putusan yang berlawanan tentang hal yang sama,
kaidah penuturan (logika) menuturkan bahwa hanya salah satu dari kedua itu yang
benar. Ada agama yang nenpercayai Tuhan itu Esa, adapula percaya lebih dari
yang Esa. Tidak mungkin kedua agam ini benar semua. Hanya satu saja yang benar.
Untuk memahami hukum pertentangan
yang diajarkan oleh logika itu, kita ambil misal yang sederhana. Ada dua
pemberitaan tentang diri tuan. Yang pertama mengatakan tuan ada di kantor, yang
kedua mengatakan tuan berada di pasar pada waktu dan jam yang sama. Mungkin dua
putusan yang berlawanan tentang hal yang sama itu benar? Tidak mungkin
bukan? Kalau tuan pada jam dan waktu yang sama, tidak mungkin tuan berada di
pasar dan Sebalikya.
Diantara puluhan, bahkan ratusan
agama yang bertebaran di permukaan bumi ini, yang satu berbeda dengan yang
lain, yang satu berlawanan dengan kepercayaanya, hubungan dengan yang kudus,
doktrin dan sikap hidup, dengan yang lain, norma logika menentukan hanya satu
dari jumlah itu yang benar .
Tiap agama mengandung doktrin
suruhan dan larangan. Menyuruh penganutnya untuk berbuat baik dan melarangnya
untuk berbuat jelek, namun apa yang baik dan yang buruk itu berbeda antara satu
agama dengan agama yang lain. Sedangkan nilai itu bukan fakta, yang melakukan
penilaian adalah kalbu. Karena penghayatan manusia berbeda-beda akan dipakai
untuk menimbang baik dan buruk tu tidak sama, suah barang tentu terjadi
perbedaan nilai tentang hal yang sama. Apa yang baik perasan seeorang, mungkin
buruk bagi orang lain dan sebaliknya. Apa yang baik bagi kalbu yang
berkepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, mungkin saja buruk bagi yang
berkeyakinan Ketuhanan yang maha tiga. Kesimpulanya memang setiap agama
menyuruh kepada kebaikan, melarang dari pada yang buruk, tetapi tiap agama
berbeda dalam penilaianya tentang yang baik dan yang buruk.
Dalam pembahasan diatas dapat
kita membetulkan ungkapan yang sering kita dengar tentang agama, bahwa setiap
agama itu sama benar. Yang benar adalah setiap agama sama-sama baik, tetapi
tidak sama-sama benar. Hanya satu agama yang benar. Lalu yang mana yang benar? tentu pertanyaan itu tidak mungkn diajukan pada agama itu sendiri. Karena
yang beragama adalah manusia, dan perbedaan manusia dengan makhluk lain adalah
akalnya, seharusnya petanyaan itu diajukan pada akal manusia. Jawaban akal
terhadap hal-hal yang sebenarnya dituntut oleh norma-norma logika. Maka dalam
menjawab, yang mana agama yang benar? kita pakai logika sebagai pendasaran
jawaban.
Ciri ketiga, agama adalah doktrin
yang mengajarkan tentang siapa, bagaimana, dan bberapa jumlah yang kudus itu,
tata hubungan dengan Dia dan sikap hidup. Doktrin yang benar adalah doktrin
yang diturunkan sendiri oleh yang kudus itu. Doktrin yang dibentuk oleh akal
(pmikiran, penghayatan, pengamalan dan cita-cita) adalah brsifat filsafat.
Sedangkan filsafat itu adalah nisbi yang hanya memberikan tafsiran-tafsiran,
tetap tidak memberikan kebenarn-kebenaran yang pasti. Doktrin agama mengajarkan
tentang hal-hal yang gaib, terutama yang hakiki. Filsafat tidk mampu memberikan
pengetahuan yang pasti tentang hal yang gaib itu. Dengan demikian dapat
disimpulkan doktrin yang benar adalah doktrin yang diturunkan oleh yang kudus
itu sendiri.
Kelompok doktrin agama itu
disebut kitab suci. Semua agama selain agama yang bersahaja memiliki kitab suci.
Bagaimana memastikan apakah kitab suci merupakan himpunan wahyu ataukah hasil
dari filsafat? Wahyu yang berasal dari yang kudus bersifat mutlak, tentu pula
mutlak ajaran-ajaranya mengandung kebenaran mutlak, mengatasi ruang dab waktu,
dia benar dahulu, benar sekarang dan akan datang. Ini benar untuk semua tempat.
Agama itu adalah untuk manusia,
karena itu kebenaran ajarannya dapat diajukan oleh akal manusia, dan ajaran itu
sesuai dengan kemanusiaan. Ajaran langit ditujukan bukan kepada manusia sebagai
generasi yang berubah dan berbeda-beda, tetapi kepada manusia sebgai umat yang
mengandung sifat-sifat asli kemanusiaan.
Kebenaran itu nisbi dari waktu ke
waktu, dari ruang ke ruang. Apa yan benar bagi suatu tempat mungkin tidak benar
bagi tempat yang lain. Apa yang dahulu dianggap benar sekarang dapat
dinafi'kan. Konsep utama, yang diajarkan oleh kitab suci ialah tentang yang
kudus, siapa dia, berapa jumlahnya, bagaiamana atribut-atribut atau
sifat-sifatny. Bila kita kaji sejarah agama dalam perjalanan sejarahj umat
manusia, ternyata konsep itu tumbuh dan berkembang, perubahan dari tingkat ke
tingkat berikutnya, menuju ke kesempurnan.
Pertama yang terpercaya yang
kudus adalah tenaga sakti (super natural power) , yang diistilahkan dengan
antropologi dengan "mana" , mana itu di hasrati, karena ia dapat
membantu manusia. Tetapi juga ditakuti, karena ia dapat juga memberikan mudarat.
Perkembangan lebih lanjut sampai pada politheisme, dilanjutkan dengan proses
pemilihan satu dewa dari jumlah dewa yang banyak, inilah yang disebut dengan
serba dewa atau "henoteisme" .
Dalam serba banyak dewa terjadi
proses pilihan, sehingga yang dipja itu satu atau sebagaian kecil dewa saja.
Dalam politeisme Hindu, Mesir dan Arab Jahiliyah, plihan itu jatuh pada tiga
dewa. Hindu: Brahmana (pencipta), Wisnu (pemelihara), Siwa (perusak). Mesir
Kuno: Isiris, Isis, Horus. Arab Jahiliyah: Al-Lata, Al-Uzza, Al-Manata Dalam
penghayatan selanjutnya agama Hindu, ketiga itu dipandang sebagai yang satu,
tiga muka dari yang satu atau tiga yang satu "Trimurti" , dan
trinitas dalam agama Nasrani. Dari proses itu selanjutnya proses kepercayaan
yang satu atau yang tunggal (monoteisme):
1. Monoteisme praktis: tidak
mengingkari dewa-dewa lain, tetapi hanya satu saja yang diperintahkan atau yang
disembah.
2. Monoteisme Spekulatif:
bermacam-macam dewa lebur menjadi satu gambaran dewa, yang ahkirnya dianggap
sebagai satu-satunya dewa. Karakter pribadinya kurang jelas, karena perbedaan
kurang tajam.
3. Monoteisme Teoritis: dalam
teori Tuhan itu Esa, tapi praktek yang terpercaya lebih dari satu.
Monoteisme murni atau yang mutlak
sebagai yang paling abstrak (karena tidak mungkin diarcakan), adalah konsep
yang sempurna atau yang tak mungkin di hasilkan oleh akal. Konsep itu hanya di
ajarkan oleh wahyu, dan diturunkan oleh Tuhan yang maha Esa itu sendiri, konsep
inilah yang menjadi konsep agama langit.
Bagaimana sifat Tuhan yang maha
Esa itu?
Kalau sifat-sifat tuhan yang
dalam politeisme terpercaya sebagai sifat manusia juga, tapi ditambahi oleh
keistimewaan atau kelebihan-kelebihan atau keluarbiasaanya, dia beristri,
beranak, mencintai, dendam, makan, minum, bertempat dan berpergian.Tapi sifat
Tuhan agama langit itu tidak senisbi itu, sifat Tuhan itu mutlak, demikian
mutlaknyasehingga tidak bisa diperbandingkan dengan sifat manusia. Sifat Tuhan
hanya pada Tuhan itu sendiri. Unik, tidak ada duanya, itulah yang disebut
dengan yang Esa. Esa dalam jumlah, Esa dalam sifat dan Esa dalam perbuatan.
Telah kita ketahui konsep agama
langit berasal dari wahyu, sedangkan kelompoknya disebut kitab suci, maka
berikut akan kami cuplikan beberapa penelitian kitab suci:
Kitab suci agama Yahudi adalah
Tauraut, Kitab suci agam Nasrani adalah Injil, yang kedua adalah Bibel. Telah
dibuktikan oleh ilmu sejarah bahwa kedua kitab suci terebut telah menglami
perubahan. Penemuan arkeologi, yakni berupa lembaran-lembaran suci di lembah
Qumra yang terkenal dengan sebutan "The Dead Sea scrol" menambah
bukti penemuan itu. Tata berpikir dan merasa orang Yahudi hanya teruntuk bangsa
Yahudi tidak bagi umat manusia. Demikian pula tata nilai yahudi tidak berlaku
bagi yang bukan Yhudi. Konsep agama Nasrani bukan monoteisme murni, elainkan
monoteisme nisbi. Tuhan itu memang satu tetapi trdiri ari tiga oknum, yaitu
Tuhan Bapak, Tuhan Anak, dan Roh Kudus. Manusia yang sempurna yang dituju oleh
kedua agama itu bersifat nisbi, kedua agama itu banyak tidak rasionalnya dari
pada rasionalnya. Ajaran kedua agama berlawanan dengan ilmu, karena itu
bersifat rasional. Putusan Konseli (konferensi agama) dalam pandangan Nasrani
dipandang sama dengan kitab suci. Dalam hal ini berarti keputusan akal
setingkat dengan wahyu. Pimpinan agama dalam Katolik, yang tentu harus
dipandang sebagai teladan manusia sempurna, tidak menyatkan manusia sepenuhnya,
karena itu ia tidak kawin. Hal yang gaib yang diajarkan oleh Nasrani tidak
memuaskan pikran sehat. Adapun dalam agam Hindu, Budha sudah runtuh pada pernyataan
proses evolusi berpikir sampai monoteisme jadi tidak perlu dibahas lagi.
Bagaimana dengan agama Islam?
Jelas Islam kelahirannya
dipastikan, karena Islam diturunkan 17 Ramadlan tahun kesepuluh dari tahun
gajah bertepatan dengan 6 agustus 610 M, selesai diturunkan 23 tahun sesudah
itu. Agam, Islam dtunkan lewat utusan Nabi Muhammad SAW. Agama Islam memiliki
kitab suci yatu AL-Qur'an, bahasa kitab ini bertahan sampai sekarang, tetap
dalam bahsa Asli, bahasa yang dipakai untuk menurunkan wahyu-wahyu Tuhan.
Jumlah kata dalam Alqur'an semenjak di permaklumkan oleh Rasulullah sampai
sekarang bertahan tetap, yakni 74.439 kata. Sistem yang ketat dalam penyalinan
diatur seketat mungkin, untuk menghindati kepalsuan. Jadi kalau ada tambahan
satu kata akan ketahuan karena banyak yang hafal ayat Alqur'an dan tambahan
atau pengurangan dihukumi palsu, dan harus dimusnahkan. Alquran telah diuji
kebenarannya oleh ilmu sejarah. Wallahu 'alam bi al-shawab
Badan
Koordinasi Himpunan Mahasiswa Islam (Badko HMI) Jawa Tengah-DIY
2004-2006
Tidak ada komentar:
Posting Komentar